Kamis, 09 April 2009

Sobri Syawie (ITB GD 77)


Berani Keluar dari Comfort Zone


Setelah menduduki posisi strategis sebuah perusahaan survey kelautan terbesar di dunia, ia pun hengkang dan mendirikan usaha jenis dengan bendera PT. Pageo Utama. Dimulai dengan tiga karyawan, dalam tempo dua tahun karyawannya bertambah menjadi 50 orang. Tahun lalu revenuenya US$ 7,5 juta


Keputusan melepaskan posisi General Manager tampaknya sudah dipertimbang secara matang. Walaupun ia rela kehilangan penghasilan US$ 100.000 pertahun. Angka itu belum termasuk fasilitas penunjang lain yang diterimanya dari perusahaan. Namun tekadnya telah bulat. Ia pun melepaskan fasilitas itu dengan satu tujuan: mendirikan perusahaan sejenis yang dapat disejajarkan dengan perusahaan survey kelautan dunia.


Memang tak semua orang berani ke luar dari comfort zone. Tapi, tidak bagi Sobri Syawie. Rupanya naluri bisnisnya telah tersemai sejak kecil. “Sejak sekolah dasar di Pekalongan saya sudah membantu ibu berdagang kacang. Dan saya juga terlibat membantu ibu berdagang batik ketika masih di SMA,” kata Sobri mengenang kasa kanaknya. Bahkan, semasa kuliah pun ia memanfaatkan waktu luangnya sebagai penterjemah Bahasa Inggris dan berdagang alat komunikasi CB.


Tak heran bila Sobri berani menghadapi tantangan. Keberanian itu dibuktikan ketika tahun 2004 ia bersama dua temannya mendirikan perusahaan survey kelautan yang diberi nama PT. Pageo Utama. “Perusahaan ini didirkan dengan sistem syariah,” kata alumni ITB jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.


Dengan sedikit modal dan dukungan dari sejumlah pemasok alat-alat survey kelautan menjadi modal penggerak Pageo. Padahal biasanya bila perusahaan survey sejenis ingin membeli peralatan (teknologi-Red) harus membayar uang di muka dan baru sebulan kemudian peralatan dikirim. Tapi tidak halnya dengan Pageo. Berkat hubungan yang telah terjalin baik bertahun-tahun dengan sejumlah pemasok, Pageo mendapat kemudahan pembayaran dengan cara mencicil tanpa bunga. “Saya bilang kepada sejumlah pemasok alat bahwa saya membuka usaha survey kelautan dan mohon dukungannya,” kata Sobri seraya menambahkan bahwa para pemasok alat tersebut akan mendukung Sobri jika diperlukan.


Menurutnya pada tahun pertama berdiri perusahaan belum mendapatkan order. Kegiatan hanya difokuskan pada pengurusan surat-surat perizinan. Baru tahun 2005 mulai mendapat order dengan revenue US$ 500.000 pertahun. “Nilai sebesar itu tak cukup untuk operasional perusahan,” kata bapak tiga anak kepada Ganesha Gazette di ruang kerjanya.


Namun setahun berikutnya (2006) revenue perusahaan meningkat menjadi US$ 5 juta. Angka ini meningkat menjadi US$ 7,5 juta pada tahun 2007 dengan jumlah tenaga kerja tetap 50 karyawan. Dari jumlah karyawan tersebut, 35 orang adalah tenaga ahli dan 15 karyawan tenaga administrasi. Selain itu perusahaannya juga menyewa 22 tenaga ahli lepas (freelance). Rencananya tahun ini akan menambah 20 tenaga ahli tetap untuk melakukan penetrasi pasar ke luar negeri.


Sementara mengenai pengadaan Sumber Daya Manusia (SDM), kata Sobri, lebih suka mencari fresh graduate dari perguruan tinggi. Kemudian lulusan-lulusan itu dididik sampai menjadi tenaga ahli. “ Caranya? “Saya melibatkan para lulusan tersebut langsung ke proyek setelah sebelumnya menjalani pelatihan di kantor,” katanya. Bahkan dalam kontrak-kontrak survey kelautan dengan beberapa oil company memasukkan klausul untuk menempatkan tenaga magang Pageo di luar dari tenaga ahli yang dikontrak. Misalnya oil company hanya membutuhkan dua tenaga ahli survey, tapi Pegeo mengirim dua tenaga ahli survey dan dua tenaga magang.


Cara demikian sangat membantu transfer keahlian bagi tenaga magang Pageo. Walaupun secara bisnis mengurangi pendapatan. Pasalnya, Pageo harus mengirim tenaga lebih dari jumlah yang dikontrak. Padahal semua biaya yang dikeluarkan tenaga magang Pageo menjadi tanggungjawab perusahaan. Ini salah satu cara yang ditempuh Sobri dalam mendidik tenaga ahli.

“Ada rasa kebanggaan tersendiri bila saya berhasil melahirkan tenaga-tenaga ahli survey kelautan. Sampai saat ini saya sudah melahirkan lebih dari 50 tenaga ahli survey kelautan bertaraf Internasional,” katanya.


Menurutnya tenaga ahli survey kelautan pada tahun 1980-an masih didominasi tenaga asing. Pergeseran dominasi itu mulai terjadi ketika Sobri bergabung di PT. Pacific Geohydro yang merupakan agent dari Racal Survey UK Ltd. Kini ia boleh bangga bahwa anak negeri mempunyai kompetensi sejajar tenaga survey kelautan untuk sector oil and gas dari luar negeri. Dalam hal harga jual tenaga survey kelautan di sektor ini pun sudah sejajar dengan tenaga kerja asing yang sejenis “Tenaga ahli survey kelautan di sektor oil and gas Indonesia bisa dibayar US$ 600 sampai US$1300 perhari,” kata Sobri bangga.


Sobri membuka kartu bahwa komposisi revenue perusahaan yang dialokasikan kembali kepada karyawan bisa melebihi 50% dari total revenue. Sisanya dialokasikan untuk peralatan dan sebagian keuntungan.


Lebih lanjut ditambahkan, selama tiga tahun Pageo berdiri hanya satu karyawan tenaga ahli yang mengundurkan diri. Karyawan yang mengundurkan diri tersebut secara baik-baik membicarakan niatnya. Ia ingin bekerja di sebuah perusahaan minyak.”Bahkan, perusahaan minyak yang memintanya bekerja, mengubungi saya,” kata Sobri.


Sobri sengaja menciptakan management kekeluargaan dalam usahanya. Suasana kekeluargaan diciptakan seharmonis mungkin. Seorang figur ibu ditempatkan di perusahaan sebagai sosok yang mengayomi karyawan. Sosok tersebut acap memotivasi semangat dan gairah kerja karyawan. Apalagi tenaga-tenaga ahli yang kerap ke lapangan. Sebab, bila tenaga tersebut harus melakukan survey ke laut, dia bisa berbulan-bulan berada di laut. Diperlukan sentuhan-sentuhan pskilogis, agar keluarga yang ditinggalkan selama bekerja memahaminya. Begitu pun karyawan yang bersangkutan tak galau meninggalkan keluarga.


Begitu cara Sobri melakukan pendekatan dengan karyawan. Dan, yang tak kalah penting, perusahaan memberikan bonus dari sebagian keuntungan untuk karyawan. “Semua karyawan menikmati keuntungan dari perusahaan ini,” tambahnya.


Dalam bisnis jasa, kata Sobri, kunci utamanya adalah kejujuran. Bila sekali saja berbuat tidak jujur, maka habis reputasi yang bersangkutan. Apalagi sektor oil and gas komunitasnya kecil. Bila tidak jujur di suatu perusahaan, akan cepat menyebar ke perusahaan lain. “Bila kita melakukan kesalahan, akuilah sekalahan tersebut,” katanya memberi tips kepada tenaga-tenag ahli survey kelautan di Indonesia.


Keluarga Agamis



Sobri Syawie lahir di Pekalongan, 25 Januari 1958. Anak kedua dari dua bersaudara -- yang kini kakak sulungnya -- menjabat sebagai Walikota Pekalongan ini, dididik dari keluarga agamis. Ayahnya seorang guru madrasah di Pekalongan, sedangkan ibunya seorang pedagang batik.


Ketika lulus SMA, sang ayah menasehati Sobri agar jangan melanjutkan pendidikan ke sekolah hukum. Kenapa? Menurut ayahnya, pekerjaan hukum merupakan pekerjaan yang mewakili Tuhan untuk menghukum manusia. “Kalau kamu bisa menjadi ahli hukum yang baik, memang imbalannya adalah surga. Tapi begitu susahnya menjalankan profesi hukum yang baik di Indonesia, maka saya anjurkan kamu tidak masuk di bidang hukum,” kata Sobri menirukan saran orang tuanya.


Itu sebabnya ia memilih sekolah teknik di Institut Teknologi Bandung (ITB). Lagi-lagi seusai lulus ITB, terngiang nasehat orang tua. Orang tua Sobri menasehati, jangan masuk ke bidang yang tidak memungkinkan kamu hidup halal. Nasehat itu yang menjadi pedoman Sobri dalam mencari pekerjaan.


Satu hal yang menjadi filosofi Sobri dalam mencari pekerjaan adalah: “lebih baik menjadi mesin besar di mobil yang kecil daripada menjadi skrup kecil di mobil besar”. Filosofi ini yang diterapkan Sobri dalam mencari kerja. Ia lebih suka bekerja di perusahaan kecil dibandingkan di perusahaan besar. “Waktu itu saya mencari pekerjaan di perusahaan jasa di industri perminyakan,” urainya sambil menambahkan bahwa pekerjaannya berat tapi ‘uangnya bagus’ (gaji besar-Red).


Bergabunglah Sobri ke PT. Pacific Geohydro, sebuah perusahaan yang mengageni Racal Survey UK Ltd, sebuah perusahaan jasa survey kelautan. Lebih dari 15 tahun waktunya dicurahkan untuk untuk perusahaan tersebut. Pada saat itu tak ada niat untuk keluar dari perusahaan ini. “Saya karyawan yang loyal perusahaan itu,” katanya. Waktunya habis melakukan pekerjaan survey kelautan. Bayangkan, dalam sebulan, mungkin hanya lima hari ia berada di darat. Selebihnya berada di laut, berkutat dengan gelombang dan dinginnya udara laut.


Ketika ia masuk di perusahaan itu, seluruh pekerja ahli adalah tenaga kerja asing, sedangkan tenaga kerja Indoenesia hanya tenaga ahli menengah ke bawah. Di perusahaan ini, karier Sobri cukup bagus. Buktinya, dalam waktu singkat ia berhasil menduduki posisi chief surveyor. Posisinya terus merangkak naik menjadi General Manager pada tahun 1995. “Pada saat ini saya sudah dapat menggantikan seluruh tenaga ahli asing ke tenaga ahli Indonesia,” katanya.


Tahun 2001 PT. Pacific Geohydro dibeli seluruhnya oleh Racal Survey UK Ltd, sehingga menjadi 100% dan namanya berubah menjadi PT. Racal Survey Indonesia. “Pada saat itu saya tetap menduduki jabatan General Manager di perusahaan baru ini.


Tahun 2002 perusahaan ini dibeli oleh perusahaan Prancis. Dan dalam tahun yang sama, perusahaan ini dibeli lagi oleh sebuah perusahaan Belanda, yaitu Fugro. “Saya diminta untuk merestrukturisasi penggabungan dua perusahaan antara Racal dengan Fugro di Indonesia, maka lahirlah PT. Fugro Indonesia pada tahun 2003,” katanya sambil menambahkan setelah perusahaan itu berdiri, ia mengundurkan diri dari perusahaan. Langkah berikutnya ia mendirikan PT. Pageo Utama.


Walaupun kini ia terbilang sukses menekuni bisnis, tapi Sobri tak lupa pada almamaternya (ITB). Ia kerap mengunjungi ITB untuk memberi masukan tentang perkembangan dunia survey kelautan di Indonesia. “Saya juga menyarankan kepada ITB agar beberapa mata kuliah sebaiknya menggunakan bahasa pengantar Inggris,” kata Sobri seraya menambahkan bahwa ia juga peduli terhadap Alumni ITB. Bentuk kepeduliannya diwujudkan dalam bentuk bantuan baik moril maupun materil []

1 komentar:

  1. Salut unt pak Sobri! Alhamdullah, la haula wala quata illa billah...

    BalasHapus